Jika Anda ingin menjadi bidan untuk bisa kaya raya atau semata-mata ingin balik modal, maka segeralah kemasi barang-barang Anda.
Mungkin fakultas ekonomi&bisnis lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businesswomen bergelimang harta.
Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.
Jika
Anda ingin menjadi bidan untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi
dimasyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir
ribuan tahun yang lalu dan jadilah fir’aun di sana. Daripada Anda di
sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda
hanya agar Anda terkesan paling berharga.
Jika
Anda ingin menjadi bidan untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik
perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency
selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan
para pria. Daripada Anda bersembunyi di balik hairnet dan baju
putih-putih, sementara Anda alpa dari makna bidan yang sesungguhnya.
Bidan tidak diciptakan untuk itu, kawan.
Memilih
menjadi bidan bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran
terbaru, bukan sekadar bisa terihat cantik dengan baju putih kebanggaan,
bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita
lewat.
Memilih menjadi bidan adalah memilih jalan pengabdian.
Mengabdi
pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk.
Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika
anaknya akan lahir.
Memilih menjadi bidan adalah memilih jalan empati,
ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena perdarahan.
Memilih jalan menjadi bidan adalah memilih jalan kemanusiaan,
ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.
Memilih jalan menjadi bidan adalah memilih jalan kepedulian,
saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.
Memilih menjadi bidan adalah memilih jalan berbagi,
ketika
seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang
untuk membayar biaya rumah sakit istrinya yang akan melakukan operasi
cesar. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita
menepuk bahunya dan berkata, “jangan menangis lagi, pak, Insya Allah
saya bantu pembayarannya.”
Memilih menjadi bidan adalah memilih jalan kasih sayang,
ketika
dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan
leukemia dan berbisik lembut ditelinganya,”dik, mau diceritain dongeng
nggak sama bu bidan?”
Memilih jalan menjadi bidan adalah memilih jalan ketegasan,
ketika
sebuah perusahaan susu menjanjikan komisi besar untuk target penjualan
susu formula-nya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata,
“maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya”.
Memilih menjadi bidan adalah memilih jalan pengorbanan,
saat
tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu
rumah kita karena istrinya akan melahirkan. Lalu dengan ikhlas kita
beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya
malam.
Memilih menjadi bidan adalah memilih jalan terjal untuk meraih cita-cita.
Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.
Yah,
memilih menjadi bidan adalah memilih jalan menuju surga, tempat dimana bidan sudah tidak lagi perlu ada…
NB :
Tulisan
ini semata-mata bukan memprovokasi untuk menjadi bidan miskin, bukan
juga mengatakan bahwa bidan tidak perlu penghormatan atau hal-hal
duniawi lainnya. Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri
sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita untuk
apa kita menjadi seorang bidan. Karena setiap amalan tergantung pada
niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal jangan
itu yang menjadi tujuan kita. Bidan terlalu rendah jika diniatkan hanya
untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk
menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika ada
kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai
mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak
yang mencemooh dan merendahkan. Saya yakin, Allah tidak akan pernah
salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba-Nya. Tidak akan
pernah.
cc:https://www.facebook.com/notes/emma-marta-wijaya/saya-persembahkan-catatan-ini-untuk-mahasiswa-kebidanan-seluruh-indonesia/3077187424022/